Lomba Geosites of the Year

Capture

Ada satu hal menarik yang saya amati dari pengelolaan Geopark Odenwald-Bergstrasse (baca tulisan saya tentang geopark ini Belajar dari Geopark di Jerman), yaitu tentang Geotopes of the Year. Ini adalah hal yang sederhana, sangat mudah ditiru, tapi bisa memberikan dampak yang besar bagi perkembangan geopark di Indonesia.

Pada prinsipnya kita akan menyeleksi situs-situs di dalam geopark untuk kemudian dipilih sebagai Geotopes tahun ini. Hal ini kita lakukan setiap tahun sehingga setiap kelompok yang mengelola masing-masing situs bisa berlomba-lomba memperbaiki situsnya.

Yang saya lihat di Jerman, pengelolaan geopark sudah dilaksanakan sangat baik oleh komunitas-komunitas lokal. Sebagai contoh Situs Felsenmeer yang merupakan Geotopes tahun 2002 (lihat di sini: Mengarungi Lautan Bebatuan Felsenmeer) sudah memiliki pengelola sendiri, juga situs yang saya kunjungi terakhir yaitu situs Kekar Kolom Otzberg (Geotopes 2005) juga memiliki pengelolanya sendiri (lihat di sini). Juga Situs Grube Messel (baca di sini) yang merupakan Geotopes tahun 2010.

Ide ini saya kira sangat bisa dipraktikkan di Indonesia. Melalui perlombaan ini saya kira kita bisa mempercepat tumbuh kembang komunitas-komunitas lokal pengelola geopark. Sebuah pengakuan bahwa situsnya memenangi perlombaan saya kira akan menimbulkan rasa bangga dan keinginan untuk mengembangkan diri lagi dan lagi.

Selain perlombaan Geotopes of the Year, saya kira bisa juga dilakukan perlombaan membuat desain poster informasi situs di dalam geopark. Hal ini juga untuk menambah partisipasi warga dalam memiliki dan membagikan informasi mengenai geopark.

Beberapa ide lomba:

  1. Lomba Situs Geopark Tahun Ini
  2. Lomba Membuat Poster Situs Geopark
  3. Lomba Membuat Rekomendasi Jalur Geowisata di Geopark
  4. dll.

http://www.geo-naturpark.net/en/geologie/geotope-des-jahres.php

contoh brosur Geotopes of the Year

Grube Messel 2010

Der Otzberg 2005

Die Grube Marie 2017

 

Kembali Ke 49 Juta Tahun Lalu di Messel

20180519_151536

Saya ingat pertama kali menonton film Jurassic Park saya sangat terinspirasi oleh tokoh-tokohnya. Betapa kerennya bekerja mencari fosil dan kembali ke masa lalu. Meskipun di kemudian hari saya tidak mendalami paleontologi tapi tetap ada rasa kagum saya pada mereka yang bekerja mengekskavasi fosil-fosil.

Saya sering memikirkan tentang wisata paleontologi seperti yang pernah saya tulis dalam artikel saya tentang fosil moluska di Gunung Halu. Wisata jenis ini sangat mungkin berkembang dan menjadi sarana hebat untuk menginspirasi anak-anak mencintai ilmu pengetahuan.

Di situs Messel, Jerman, sekitar 15 km dari tempat saya tinggal, kawasan ekskavasi fosil dikembangkan menjadi situs pariwisata. Situs ini juga menjadi bagian dari Geopark Odenwald-Bergstrasse (mampir tulisan saya yang lain tentang geopark Belajar dari Geopark di Jerman).

Dari lebih seratus tahun lalu hingga hampir 50 tahun lalu, situs ini merupakan area penambangan minyak serpih (oil shale). Meskipun sudah banyak penemuan fosil-fosil sejak awal proses eksplorasi, baru pada 1970an, ketika proses eksploitasi tak lagi menguntungkan secara ekonomi, daerah ini mulai dipikirkan untuk dilindungi, meskipun sempat pula ada ide untuk mengalihfungsikan situs ini sebagai tempat penimbunan sampah.

Beruntung pemerintah, komunitas peneliti, dan masyarakat melindungi situs ini hingga akhirnya pada 1995 UNESCO memutuskan situs ini sebagai warisan dunia karena signifikansinya terhadap ilmu pengetahuan, terutama di bidang paleontologi. Situs ini merupakan satu lokasi di mana kita bisa memahami mengenai periode Eosen, ketika mamalia secara mantap hidup di ekosistem darat. Tingkat keterawetan fosil sangat luar biasa sehingga data yang dihasilkan memungkinkan penelitian saintifik yang sangat mendalam.

Begitu pentingnya situs ini bagi umat manusia karena saking lengkapnya fosil yang ada, ia bisa menggambarkan lingkungan kala Eosen, evolusi, dan perkembangan mamalia modern.

Fosil-fosil yang ditemukan di sini seperti: Nenek moyang primata, fosil kura-kura yang sedang berhubungan seksual, lebih dari 10 ribu fosil ikan dari berbagai spesies, ribuan serangga air dan darat dengan warna yang masih bisa dibedakan, mamalia seperti kuda pigmi, tikus, primata, trenggiling, kelelawar, burung (terutama burung predator), reptil dan amfibi seperti buaya, kura-kura, kodok, kadal, lebih dari 30 spesies tumbuhan, dan begitu banyak lagi fosil lain yang ditemukan di sini (sumber: wikipedia).

German_Heritage-2014-1773_new

(Paleontolog menyiapkan sampel di Messel. Kita bisa melakukan melihat langsung aktivitas ini di lapangan. gambar dari https://goo.gl/images/U8bReE)

Situs Fosil Messel dikelola sebagai kawasan wisata khusus. Ada tur dengan pemandu yang bisa menjelaskan dengan sangat baik proses ekskavasi fosil, informasi mengenai fosil, dan juga signifikansinya terhadap ilmu pengetahuan. Lebih menariknya lagi bahwa kita bisa melakukannya langsung di lokasi ekskavasi.

Ada banyak pilihan yang ditawarkan seperti tur di area ekskavasi baik singkat maupun tur panjang, atau bisa juga hanya di dalam museum yang juga luar biasa. Di dalam museum, ada seorang petugas yang sedang melakukan preparasi fosil yang kita bisa melihatnya langsung. Ia dengan senang hati menceritakan bagaimana caranya melakukan preparasi fosil dan menunjukkannya.

Sebuah pilihan yang tepat, hebat, dan berani dari Pemerintah Negara Bagian Hesse hampir 30 tahun lalu untuk melindungi dan melestarikan kawasan ini untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Kini ia menjadi situs yang begitu menarik dan saya yakin menginspirasi banyak anak-anak untuk menggemari geologi dan menginspirasi dunia untuk lebih melindungi cagar geologinya.

Di Indonesia kita punya banyak juga tempat sejenis yang mungkin bisa dikembangkan. Situs Sangiran saya kira sudah cukup berkembang. Ada juga situs fosil di Ciamis, Cirebon, Majalengka yang sangat menarik juga untuk dikembangkan. Sudah ada contohnya dan bisa, sangat bisa berkembang, tinggal kita punya keinginan yang kuat untuk mewujudkannya.